Berita

Awas! Kejahatan Siber Makin Merajalela di Telegram

Jakarta – Aplikasi messaging Telegram menjagokan privasi dan enkripsi sebagai fitur utamanya. Tapi fitur-fitur ini justru disalahgunakan oleh penjahat siber yang makin tumbuh subur di Telegram.
Menurut laporan dari perusahaan keamanan siber Cyberint untuk Financial Times, hacker beramai-ramai pindah dari dark web ke Telegram untuk menjual dan berbagi data pengguna yang dicuri atau bocor. Telegram dipilih karena mudah digunakan dan tidak dimoderasi dengan ketat.

Aplikasi besutan Pavel Durov ini juga memiliki fitur secret chats yang menggunakan enkripsi end-to-end sebagai fitur privasi tambahan. Meski grup Telegram tidak memiliki fitur yang sama, pengguna tetap harus memiliki link atau undangan untuk bisa bergabung. Grup Telegram juga bisa diisi hingga 20.000 anggota.

Fitur-fitur ini yang membuat Telegram dilirik oleh penjahat siber. Analis Cyberint Tal Samra mengatakan penggunaan Telegram untuk aktivitas kejahatan siber meningkat hingga lebih dari 100%.

“Layanan pesan terenkripsinya semakin populer di kalangan pelaku ancaman siber yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian… karena lebih nyaman digunakan ketimbang dark web,” kata Samra, seperti dikutip dari Mashable, Senin (20/9/2021).

Perpindahan penjahat siber ke Telegram ternyata turut dipengaruhi oleh WhatsApp. Telegram dan WhatsApp sebelumnya dipilih oleh pengguna karena menawarkan tingkat privasi yang lebih tinggi berkat enkripsi end-to-end.

Tapi WhatsApp belum lama ini mengeluarkan kebijakan privasi terbarunya yang kontroversial. Penggunanya pun banyak yang pindah ke Telegram, termasuk para penjahat siber.

Dalam laporannya, Cyberint menemukan istilah hacker ‘Email:pass’ dan ‘Combo’ semakin banyak digunakan di Telegram, bahkan meningkat hingga empat kali lipat di tahun 2020 dan 2021.

Mereka juga menemukan channel publik bernama ‘combolist’ yang digunakan untuk menjual dan berbagi data pribadi curian. Channel tersebut pernah memiliki sekitar 47.000 anggota dan saat ini telah dihapus oleh Telegram setelah menerima laporan dari Financial Times.

Baca juga:
Kejar WhatsApp, Telegram Tembus 1 Miliar Download
Beberapa channel data dump di Telegram berisi sekitar 300.000 sampai 600.000 kombinasi email dan password untuk layanan gaming dan email. Cyberint juga menemukan channel yang digunakan untuk menjual informasi keuangan, dokumen pribadi, panduan hacking, dan lain-lain.

Dalam keterangan resminya, Telegram mengatakan mereka memiliki kebijakan untuk menghapus data pribadi yang dibagikan tanpa izin. Telegram juga mengklaim para moderator mereka telah menghapus 100.000 komunitas publik yang melanggar aturan mereka setiap harinya.

ryan

Recent Posts

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2025 Kota Serang Selama Sebulan

Berikut jadwal imsak dan buka puasa Ramadhan 2025 di Kota Serang dari tanggal 1 Ramadhan -…

1 minggu ago

Jadwal Resmi Awal Puasa Ramadan 2025 Pemerintah, NU, Muhammadiyah

Jakarta - Pemerintah telah menetapkan awal Ramadan 2025 berdasarkan hasil sidang isbat oleh Kemenag. Begitu pula dengan organisasi masyarakat…

1 minggu ago

Meta AI Ditanya Luas Kebakaran Los Angeles, Hasilnya Mengejutkan Sama dengan Luas Gaza

Siapa sangka, salah satu warganet justru mendapat informasi tak terduga yang berasal dari Meta AI.…

2 bulan ago

Tebak-tebakan pelesetan kata ini lucu abis, awas ketawa ngakak

Ketika menjalani rutinitas sehari-hari tentu saja kamu pernah merasa suntuk atau jenuh. Supaya kamu bisa…

2 bulan ago

Kapal China Diduga Biang Kerok Internet Mati Total di Berbagai Negara

Sebuah kapal kargo komersial China diduga sengaja menyeret jangkarnya untuk memotong kabel bawah laut yang…

3 bulan ago

Ini Sumber Kekayaan Nabi Sulaiman, Sungguh di Luar Dugaan

Nabi Sulaiman dikenal sebagai raja yang kaya raya. Para ilmuwan arkeologi kini mengungkap apa sumber kekayaannya,…

3 bulan ago